Pages

Rabu, 04 Februari 2015

Perjuangan, Pengorbanan dan Cita-cita VIII

"Maksudku, kamu menjadi guru privatku. Dari pada kamu terus bekerja disini. Coba kamu fikirin kamu bakal gak fokus nanti. Kalo kamu jadi guru privatku kan kamu bisa sekalian belajar dan mendapat gaji." Jelas Ivan
"Kamu benar sih Van, lagipula menjadi guru adalah cita-citaku." Ucap Aliya
"Jadi kamu setuju Al?" Tanya Ivan untuk mendapat klarifikasi.
"Iya, tapi aku harus bicara pada pak Reno dulu."
"Saya setuju Aliya. Saya sangat senang kalau kamu mau mengajarinya." Ucap pak Reno yg sudah berada di belakang Aliya dan Ivan
"Makasih pak." Ucap Aliya
"Maaf ya ka atas segala sikapku selama ini. Ivan janji bakal jadi orang yg membanggakan buat kaka." Ucap Ivan sambil memeluk Reno.
"Iya Van, kaka seneng kamu mau berubah." Jawab Reno

Keesokan harinya Aliya sudah resmi menjadi guru privat Ivan. Aliya pun tak perlu susah payah lagi membagi waktu nya untuk belajar dan bekerja di restaurant itu. Dan keadaan Ayah Aliya semakin membaik.

"Seminggu lagi kita akan menghadapi Ujian Nasional." Ucap Dian yg memang selalu ikut belajar bersama Aliya dan Ivan.
"Iya, aku yakin kita pasti lulus. Dan aku yakin kali ini nilaiku akan jauh meningkat dari sebelumnya." Ucap Ivan
"Iya pasti Van, ini kan berkat gurumu itu." Ucap dian seraya melirikku.
"Iya, makasih yaa Al."
"Ah, tak usah berlebihan begitu. Itu semua kan berkat kerja keras kalian juga dan pastinya atas kehendak Allah juga." Jelas Aliya.
"Kau memang hebat Al. aku kagum padamu." Ucap Ivan.

*Di rumah Aliya

Sepulang mengajar di rumah Ivan tadi, Aliya pun duduk di kursi depan tv. Iya memejamkan mata sesaat namun sesuatu memaksa mata nya untuk kembali terbuka.
"Ayah?" Betapa terkejutnya Aliya saat melihat Ayahnya telah bisa berjalan lagi.
"Ayah sembuh nak." Ucap Ayahnya
Aliya pun langsung memeluk Ayahnya. Ibu dan adiknya hanya bisa terharu melihat adegan itu.
Betapa bersyukurnya mereka, karena keadaan keluarganya berangsur angsur membaik.

~ BERSAMBUNG

1 komentar: